Percakapan Sebelum Tidur
Baik, duhai hati, duhai diri. Mari
kita duduk bersama dalam satu meja. Kita lupakan saja waktu. Ini kali hanya ada
aku dan kau, segalanya tiada. Saat ini, ku tahu kita tidak bahagia. Resah
menjadi satu-satunya perasaan yang dapat kita kenali. Apa gerangan yang kita
takutkan dari keadaan ini? Kehilangankah itu?
Aku duduk melemas-lemaskan diri.
Lunglai, sebagaimana hati. Aku menatap sekeliling dan juga pada diri. Bukankah segalanya
bukan milik kita? Termasuk diri ini, bukankah tidak sepenuhnya kita miliki?
Apalagi segala yang di luar jangkauan kita. Apa yang membuat kita lancang untuk
menggenggam erat sesuatu yang bahkan hanya terikat lewat kepercayaan?
Kita begitu
percaya bahwa kita memiliki banyak hal. Diri, hati, dia, kita. Bukankah semestinya
kita tahu segalanya akan sirna? Segalanya hanya perkara waktu. Kita berjalan
di atas ketidaktahuan perihal kapan dan bagaimana caranya sesuatu akan berakhir.
Di temaram malam ini, aku memeluk
diri sendiri. Meninabobokan takut yang tak kunjung menciut. Beristirahatlah,
diri. Beristirahatlah, hati. Ada esok yang masih harus kita jalani. Bernapaslah, diri. Kemana perginya udara yang kita hirup jika bukan kita lepaskan? Kemana perginya segala yang kita miliki jika bukan kita pasrahkan?
Komentar
Posting Komentar